Sebaiknya Anda Tahu, Ini Faktor Ibu Menyapih Anak Usia Kurang dari Dua Tahun

Faktor Ibu Menyapih Anak Kurang dari Dua Tahun - Penyapihan merupakan suatu proses penghentian pemberian ASI secara berangsur angsur atau sekaligus.

Proses tersebut dapat disebabkan oleh berhentinya sang anak dari menyusu pada ibunya atau bisa juga berhrntinya sang ibu untuk menyusui anaknya bahkan bisa juga keduannya.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mendorong anak disapih sebelum berusia 2 tahun, baik karena kurangnya pengetahuan dan pendidikan ibu tentang pemberian ASI, pekerjaan, kehamilan, keadaan payudara, kondisi fisik ibu, kondisi fisik bayi, kondisi psikologis ibu, kondisi spiritual ibu, kultural dan usia ibu (Chomaria, 2011).

Berikut ini faktor penyebab ibu menyapih anaknya kurang dari dua tahun, diantaranya faktor pendidikan, faktor pekerjaan, dan faktor kondisi fisik yang dialami oleh sang ibu

Faktor Pendidikan Ibu

Ibu yang berpendidikan formal dan yang berpendidikan tinggi dapat lebih lama menyusui bayinya dari pada ibu yang berpendidikan rendah, kemungkinan sebabnya adalah pada ibu yang berpendidikan tinggi mengerti akan keunggulan dan manfaat ASI bagi bayinya.

Pendidikan ibu yang baik kemungkinan akan berpengaruh terhadap pemahaman tentang manfaat pemberian ASI pada bayi. Dengan pendidikan pula sangat berpengaruh pada pola pikirnya karena semakin tinggi pendidkan seseorang semakin tinggi juga kemampuan dalam menerima informasi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.

Ibu ibu terpelajar lebih menyadari keuntungan keuntungan fisiologis dan psikologis dari menyusui, mereka lebih termotivasi untuk menyusui. Ibu terpelajar memiliki fasilitas yang lebih baik dari posisi yang diperolehnya ditempat kerja, sehingga lebih memungkinkan untk menyusui dari pada wanita tang kurang terpelajar.

Untuk itu pada ibu-ibu yang berpendidikan rendah juga dapat memperbanyak membaca literature tentang pentingnya menyusui sehingga ibu lebih termotifasi untuk menyusui anaknya sampai dengan usia 2 tahun.

Faktor Pekerjaan Ibu

Ibu yang bekerja ternyata dapat mempengaruhi produksi ASI, meskipun ibu telah diajarkan cara mempertahankan produksi ASI nya. Ibu yang bekerja ternyata lebih cepat memberikan susu formula, dengan alasan agar bisa membiasakan bayi menggunakan susu formula agar pada saat ditinggal bekerja bayi tidak rewel. Masalah ibu bekerja yang melakukan penyapihan dini ternyata hampir terdapat diseluruh dunia.

Menyediakan ruangan bagi ibu yang bekerja agar tetap memberikan ASI pada bayinya, dengan demikian ibu yang bekerja tetap dapat menyusui bayinya selama jam kerja. Jika pemberian ASI di tempat kerja tidak memungkinkan dan jarak dari tempat kerja dan rumah cukup jauh ibu dapat menyiapkan ASI nya sebelum berangkat kerja.

ASI dapat dikeluarkan dengan pompa ASI dan ditampung dalam botol yang bersih dan disimpan dalam lemari es sampai jangka waktu 10 jam ASI masih segar, ketika hendak disusukan ASI dihangatkan sebentar. Dengan cara demikian, ibu dapat bekerja dan ASI nya tidak terbuang percuma sementara bayi tetap tumbuh sehat.

Namun langkah tersebut sangat sulit untuk dapat diterapkan apabila sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun. Dimana sawah dan kebun mereka berada jauh dari rumah dan mayoritas tingkat ekonomi yang rendah sehingga kepemilikan barang barang tersier seperti kulkas masih jarang ditemui serta pasokan listrik yang kurang memadai.

Mayoritas penduduk hidup dari sektor pertanian dalam arti luas ( tanam pangan, perkebunan dan perikanan) yang dikelola secara tradisional dalam areal terbatas maka tata nilai yang dianut bersifat agraris religius yang sering bersikap pasrah dalam pengelolaan potensi alam.

Kurangnya akses pada penggunaan tekhnologi sehingga berakibat tingkat produktifitas kerja rendah walau telah menghabiskan bayak waktu dan energiyang mengakibatkan potensial untuk hidup miskin. Dengan demikian, waktu bersama keluarganya pun semakin berkurangtermasuk waktu untuk menyusui anaknya .

Kondisi Fisik Ibu

Ibu sakit yang dimaksud adalah ibu yang mengalami masalah payudara seperti puting luka, mastitis, dan ibu yang mengalami sakit berat. Seperti jantung, hepatitis, TBC, eklampsi, ibu dengan kanker payudara dll.

Pada ibu dengan penyakit jantung klasifikasi II tidak dibenarkan menyusui sampai keadaan jantunnng cukup baik, sedangkan bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan menyusui.

Pada penderita preeklampsi berat dan eklampsi, keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh obat obatan untuk mengatasi penyakitnya ini biasanya menyebabkan kesadaran menurun.

Pada ibu penderita infeksi akut dan aktif, dikhawatirkan adanya penularan terhadap bayi. Hal ini terjadi pada penderita TBC paru aktif yang terbuka yang merupakan kontra indikasi mutlak ibu untuk menyusui, sebab pada ibu yang sepsis biasanya keadaannya buruk dan tidak mampu untuk menyusui.

Sedangkan ibu penderita kanker payudara, pengeluaran ASI harus dicegah karena mempersulit penilaian penyakit dan apabila menyusui ditakutkan adanya sel sel karsinoma yang terminum bayi.

Sehingga mungkin keadaan fisik ibu yang sakit, yang tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan oleh dua faktor, yaitu karena keadaan ibu yang sudah tidak memungkinkan untuk memberikan ASI sehubungan dengan kondisi fisik yang dialaminya akibat penyakitnya tersebut maupun memang karena adanya faktor kesengajaan untuk tidak memberikan ASI pada anaknya agar penyakit yang dideritanya tersebut tidak menular pada anaknya.

Demikian keadaan tersebut walaupun ASI memiliki banyak manfaatnya namun pada keadaan keadaan tertentu diatas ASI justru tidak dianjurkan karena dapat membahayakan keadaan ibu ataupun bayi.

Post a Comment